Tetes demi tetes embun di pagi ini
masih berbisik di telinga. Mungkin jauh sebelum hari ini, ada hari di mana
tetesan embun itu masih sempat dirasakan oleh Arina. Pagi ini, Arina masih
terbaring lemah di ruang rawat inap sebuah rumah sakit. Tak ada seorang pun
yang tau apa yang saat ini sedang didengar dan dirasakan oleh Arina. Di dalam
ruangan itu hanya ada Pak Yoga (Ayah Arina), tante Tiara (adik Pak Yoga), Dika
(adik Arina), dan seorang lelaki bernama Bagas (Suami Arina), yang semuanya
hanya bisa terduduk pasrah dan berdoa atas keadaan Arina. Ibu Arina memang
sudah lama meninggal dunia, sewaktu Arina berumur tujuh tahun.
Arina dirawat karena penyakit kanker
otak stadium akhir yang dideritanya. Rambutnya yang dulu lurus tergerai
panjang, kini terbalut kerudung karena rontok yang disebabkan penyakitnya yang
semakin parah. Sudah hampir empat bulan Arina dirawat di rumah sakit. Arina
dirawat setelah tiga minggu pernikahannya dengan Bagas.
Kala itu Bagas menunggui Arina
sendiri di rumah sakit karena tante, ayah dan Dika kembali kerumah sebentar
untuk mengambil pakaian Arina.
Laptop yang selama ini menjadi teman
Arina dalam menjalani hari-harinya, kini seolah tak bertuan. Bagas yang pada
saat itu merasa jenuh, mencoba membuka laptop Arina. Saat Bagas membuka Folder
di laptop Arina, terdapat banyak foto laki-laki berseragam SMA. Bagas yang
selama ini tidak mengetahui bahwa Arina menyimpan foto-foto tersebut, mencoba
mencari tahu siapa lelaki dalam foto tersebut. Bagas pun membuka beberapa file
di laptop Arina, dan benar saja, ada beberapa file berisi tentang lelaki itu
yang ditulis oleh Arina. Ternyata lelaki itu adalah Adrian, lelaki yang telah
lama dicintai oleh Arina. Dalam tulisan tersebut, menceritakan tentang perasaan
Arina kepada Adrian.
***
Sejak kelas dua SMA, Arina dan Adrian
memang sudah berteman baik. Arina telah menyukai Adrian hingga sampai pada
perasaan cinta yang begitu kuat. Namun, Adrian tak pernah menyadari akan hal
itu. Arina yang merasa tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya
kepada Adrian, akhirnya memutuskan untuk memendam perasaannya itu. Arina tahu
bahwa Adrian telah memiliki kekasih bernama Agni, yang ia anggap lebih baik dan
lebih cantik dari dirinya.
Arina merasa bahwa dirinya harus bisa
menutupi rasa cemburunya setiap kali mendengar tentang hubungan Adrian dan
Agni, karena ia tahu bahwa Agni yang yang sudah akrab dengan dirinya karena
dikenalkan oleh Adrian, juga sangat mencintai Adrian, sama seperti halnya Arina
mencintai Adrian. Arina bahkan memendam perasaan cintanya kepada Adrian hingga
mereka lulus SMA. Namun, justru pada saat mereka telah lulus dari sekolah dan
jarang bertemu lagi, Adrian baru merasa bahwa Arina telah lama memendan
perasaan cinta pada dirinya. Adrian mngetahui hal tersebut dari sebuah catatan
yang ditulis Arina di akun Facebooknya. Di situlah Arina menyatakan bagaimana
perasaannya terhadap Adrian.
Adrian yang pada saat itu tak bisa
berbuat apa-apa karena telah bertunangan dengan Agni, mencoba untuk tidak
mengikuti kata hatinya untuk bertemu dengan Arina karena ia ingin tetap setia
kepada Agni. Adrian kemudian memutuskan untuk menyelesaikan kuliahnya di
Jerman. Adrian pergi tanpa berpamitan kepada Arina. Arina merasa sangat
kehilangan dan kecewa pada Adrian karena Adrian pergi begitu saja tanpa
mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya kepada Arina. Saat mendengar kabar
bahwa Adrian akan pergi ke Jerman, hari itu juga Arina mengejar Adrian hingga ke
Bandara. Saat tiba di bandara pesawat yang dtumpangi Adrian sudah take off
sejak beberapa menit lalu. Setelah lelah mengejar Adrian, Arina mengambil nafas
panjang dan melepaskannya sambil ia berkata dalam hatinya, “Ya, Allah…
ampunilah salahku kepada rian karena selama ini aku mencintainya. Izinkan aku
bertemu Adrian untuk dapat mendengar ia mengungkapkan bagaimana perasaannya
terhadap aku, sebelum aku kembali ke sisimu, Ya Allah..”. Ia merasakan
kepalanya begitu sakit luar biasa, disinilah awal Arina merasakan bahwa ada
penyakit yang ada dalam tubuhnya.
***
Lima tahun berlalu, Arina menikah
dengan Bagas yang merupakan anak dari teman ayahnya. Di dalam diri Arina masih
mengharapkan Adrian kembali. Namun baginya, Adrian mungkin telah bahagia dengan
kehidupannya yang baru bersama Agni. Arina pun berusaha untuk mencintai Bagas,
dan mencoba menjadi istri yang terbaik untuk bagas.
Baru beberapa minggu menikah,
penyakit kanker otak yang dialami Arina mulai semakin parah. Saat sedang asik
membuat kue dengan tantenya untuk memberikan surprise kepada Ayahnya yang
sedang berulang tahun. Tiba-tiba Arina pingsan dan langsung dibawa kerumah
sakit. Sejak saat itulah Arina mengalami koma hingga sekarang.
***
Dengan menutup laptop Arina yang baru
saja dilihatnya, Bagas menghapus air matanya. Dengan perasaan bersalah, bagas
berkata “Andai aku tahu sejak dulu kalau kamu memiliki perasaan cinta yang
begitu besarnya kepada Adrian. Aku akan bantu mempertemukan kamu dengan Adrian,
rin. Mungkin kamu saat ini membutuhkan Adrian di dekat kamu. Maafkan aku yang
selama ini gak pernah bisa memahami perasaan kamu selama ini”.
Lalu Bagas menghampiri tempat tidur
Arina. Bagas mengusap kepala Arina. Diperhatikannya wajah Arina yang begitu
cantik, walaupun sedikit pucat. Bagas membisikki tepat di telinga Arina, “Kamu
harus kuat, sayang.. Adrian pasti akan kesini, menemani kamu, ia akan menjemput
cinta kamu, Arina..”.
Waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB.
Angin berhembus masuk kesela-sela jendela, hingga seolah membelai apapun yang ada
diruangan itu. Beberapa saat kemudian, terdengar suara seseorang membuka pintu
ruangan itu. Bagas pun menoleh, dan dilihatnya lelaki tinggi, berkemaja rapih
berwarna biru, sepatu hitam, berambut hitam agaknya memakai Gel, berkacamata
minus, dan membawa seikat bunga. Setelah Bagas memperhatikan orang itu secara
saksama, ternyat pria itu adalah anak lelaki berseragam SMA yang tadi
dilihatnya di laptop Arina. Yah benar. Ia adalah Adrian, lelaki yang sangat
dicintai Arina.
Lelaki itu menyapa Bagas, dan menanyakan
perkembangan keadaan Arina. Lalu Bagas berkata, “Terima kasih banyak, Adrian.
Karena, Anda sudah datang kesini untuk menemui Arina.. Dia sangat merindukan
kamu..”. Adrian pun menjawab, “Ya.. aku kesini untuknya.. Bagas, terima kasih,
selama ini kamu telah setia menjaga Arina”. Adrian berbisik di dekat telinga
Arina, “Perasaanku sama sepertimu.. Aku mencintaimu kamu, Arina”.
Adrian meletakkan bunga yang ia bawa
di sebelah Arina. Adrian lalu menggenggam lembut tangan Arina dan mencium
keningnya. Namun, entah mengapa, saat itu Adrian begitu cepat berpamitan dengan
Bagas dan meninggalkan ruangan itu. Bagas pun tersenyum pada Adrian dan
mengucapkan terima kasih lagi, dan pintu ruangan itu tertutup kembali. Bagas
kembali melihat keadaan Arina, dan Subhanallah, Bagas melihat Arina mulai
menggerakkan tangannya. Seiring dengan itu keluarga Arina, Ayah, tante, dan
Dika memasukki ruang perawatan Arina. Mereka terkejut melihat Arina sudah bisa
membuka mata dan menggerakkan tangannya. Arina mengucapkan sesuatu kepada
Ayahnya, “Papah, Arina kangen sama mamah, pah..”. “iya sayang.. mamah juga
pasti kangen sama kamu, sebentar lagi kita pulang kerumah ya, nak. Kita kumpul
lagi sama tante, Dika, dan Bagas”, jawab ayahnya sambil mencium tangan Arina.
Kemudian Arina menggenggam tangan
Bagas, sambil berkata, “Maaf sayang, kalau aku selama ini gak pernah terbuka
untuk cerita sama kamu. Aku selalu sayang kamu, Bagas. Kamu harus jaga Papah
dan Dika, ya.. Kamu harus ikhlas..”. “Aku tetap di dekat kamu sampai kapanpun.
Kamu gak salah, sayang. Aku akan selalu jaga kamu, papah, Dika, dan tante..
nanti kita pulang sama-sama ya, Arina..”. Arina mencium tangan Bagas dengan
lembut, dan matanya pun terpejam perlahan. Hari itu juga Arina menghembuskan
nafas terakhirnya, di dekat orang-orang yang menyayanginya.
Tante mengajak Bagas keluar ruangan,
untuk menenagkan Bagas yang sedah diselimuti kesedihan. Tante Tiara mengajak
Bagas duduk sambil berkata, “Bagas, kamu harus ikhlas ya, nak. Jangan
ditangisi. Ini sudah jalan Allah untu Arin, nak”. Tante Tiara pun bercerita
pada Bagas, bahwa pada saat tadi tante Tiara berada di rumah, tante Tiara
mendapatkan telepon dari Livia sahabat Arina waktu SMA, bahwa Pesawat yang di
tumpangi Adrian tadi sore mengalami kecelakaan saat menuju ke Jakarta, Adrian
menjadi salah satu korban tewas dalam kecelakaan tersebut. Adrian ternyata
selama ini tidak menikah dengan Agni. Adrian juga berharap ingin bisa kembali
lagi bersama Arina. Adrian yang telah menyelesaikan kuliahnya di Jerman, segera
kembali ke Indonesia untuk menemui Arina karena ingin mengungkapkan perasaan
cintanya kepada Arina yang dulu tak sempat ia ucapkan.
Betapa terkejutnya Bagas saat
mendengar cerita tante Tiara. Baru saja beberapa menit yang lalu ia bertemu
dengan Adrian yang hendak menjenguk Arina. Airmata Bagas dan peluhnya menetes.
Dengan suara pelan Bagas berkata “Apakah yang aku lihat beberapa menit yang
lalu hanyalah Bayang-bayang Adrian? Ya Allah, inikah rencanamu? Mungkinkah
perkataanku kepada Arina tadi merupakan sebuah pertanda atas rencana-Mu untuk
mempertemukan dan menyatukan Arina dan Adrian?.”