Selasa, 21 Februari 2012

Cerpen Nanda




Tetes demi tetes embun di pagi ini masih berbisik di telinga. Mungkin jauh sebelum hari ini, ada hari di mana tetesan embun itu masih sempat dirasakan oleh Arina. Pagi ini, Arina masih terbaring lemah di ruang rawat inap sebuah rumah sakit. Tak ada seorang pun yang tau apa yang saat ini sedang didengar dan dirasakan oleh Arina. Di dalam ruangan itu hanya ada Pak Yoga (Ayah Arina), tante Tiara (adik Pak Yoga), Dika (adik Arina), dan seorang lelaki bernama Bagas (Suami Arina), yang semuanya hanya bisa terduduk pasrah dan berdoa atas keadaan Arina. Ibu Arina memang sudah lama meninggal dunia, sewaktu Arina berumur tujuh tahun.

Arina dirawat karena penyakit kanker otak stadium akhir yang dideritanya. Rambutnya yang dulu lurus tergerai panjang, kini terbalut kerudung karena rontok yang disebabkan penyakitnya yang semakin parah. Sudah hampir empat bulan Arina dirawat di rumah sakit. Arina dirawat setelah tiga minggu pernikahannya dengan Bagas.

Kala itu Bagas menunggui Arina sendiri di rumah sakit karena tante, ayah dan Dika kembali kerumah sebentar untuk mengambil pakaian Arina.

Laptop yang selama ini menjadi teman Arina dalam menjalani hari-harinya, kini seolah tak bertuan. Bagas yang pada saat itu merasa jenuh, mencoba membuka laptop Arina. Saat Bagas membuka Folder di laptop Arina, terdapat banyak foto laki-laki berseragam SMA. Bagas yang selama ini tidak mengetahui bahwa Arina menyimpan foto-foto tersebut, mencoba mencari tahu siapa lelaki dalam foto tersebut. Bagas pun membuka beberapa file di laptop Arina, dan benar saja, ada beberapa file berisi tentang lelaki itu yang ditulis oleh Arina. Ternyata lelaki itu adalah Adrian, lelaki yang telah lama dicintai oleh Arina. Dalam tulisan tersebut, menceritakan tentang perasaan Arina kepada Adrian.

***

Sejak kelas dua SMA, Arina dan Adrian memang sudah berteman baik. Arina telah menyukai Adrian hingga sampai pada perasaan cinta yang begitu kuat. Namun, Adrian tak pernah menyadari akan hal itu. Arina yang merasa tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya kepada Adrian, akhirnya memutuskan untuk memendam perasaannya itu. Arina tahu bahwa Adrian telah memiliki kekasih bernama Agni, yang ia anggap lebih baik dan lebih cantik dari dirinya.

Arina merasa bahwa dirinya harus bisa menutupi rasa cemburunya setiap kali mendengar tentang hubungan Adrian dan Agni, karena ia tahu bahwa Agni yang yang sudah akrab dengan dirinya karena dikenalkan oleh Adrian, juga sangat mencintai Adrian, sama seperti halnya Arina mencintai Adrian. Arina bahkan memendam perasaan cintanya kepada Adrian hingga mereka lulus SMA. Namun, justru pada saat mereka telah lulus dari sekolah dan jarang bertemu lagi, Adrian baru merasa bahwa Arina telah lama memendan perasaan cinta pada dirinya. Adrian mngetahui hal tersebut dari sebuah catatan yang ditulis Arina di akun Facebooknya. Di situlah Arina menyatakan bagaimana perasaannya terhadap Adrian.

Adrian yang pada saat itu tak bisa berbuat apa-apa karena telah bertunangan dengan Agni, mencoba untuk tidak mengikuti kata hatinya untuk bertemu dengan Arina karena ia ingin tetap setia kepada Agni. Adrian kemudian memutuskan untuk menyelesaikan kuliahnya di Jerman. Adrian pergi tanpa berpamitan kepada Arina. Arina merasa sangat kehilangan dan kecewa pada Adrian karena Adrian pergi begitu saja tanpa mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya kepada Arina. Saat mendengar kabar bahwa Adrian akan pergi ke Jerman, hari itu juga Arina mengejar Adrian hingga ke Bandara. Saat tiba di bandara pesawat yang dtumpangi Adrian sudah take off sejak beberapa menit lalu. Setelah lelah mengejar Adrian, Arina mengambil nafas panjang dan melepaskannya sambil ia berkata dalam hatinya, “Ya, Allah… ampunilah salahku kepada rian karena selama ini aku mencintainya. Izinkan aku bertemu Adrian untuk dapat mendengar ia mengungkapkan bagaimana perasaannya terhadap aku, sebelum aku kembali ke sisimu, Ya Allah..”. Ia merasakan kepalanya begitu sakit luar biasa, disinilah awal Arina merasakan bahwa ada penyakit yang ada dalam tubuhnya.

***

Lima tahun berlalu, Arina menikah dengan Bagas yang merupakan anak dari teman ayahnya. Di dalam diri Arina masih mengharapkan Adrian kembali. Namun baginya, Adrian mungkin telah bahagia dengan kehidupannya yang baru bersama Agni. Arina pun berusaha untuk mencintai Bagas, dan mencoba menjadi istri yang terbaik untuk bagas.

Baru beberapa minggu menikah, penyakit kanker otak yang dialami Arina mulai semakin parah. Saat sedang asik membuat kue dengan tantenya untuk memberikan surprise kepada Ayahnya yang sedang berulang tahun. Tiba-tiba Arina pingsan dan langsung dibawa kerumah sakit. Sejak saat itulah Arina mengalami koma hingga sekarang.

***

Dengan menutup laptop Arina yang baru saja dilihatnya, Bagas menghapus air matanya. Dengan perasaan bersalah, bagas berkata “Andai aku tahu sejak dulu kalau kamu memiliki perasaan cinta yang begitu besarnya kepada Adrian. Aku akan bantu mempertemukan kamu dengan Adrian, rin. Mungkin kamu saat ini membutuhkan Adrian di dekat kamu. Maafkan aku yang selama ini gak pernah bisa memahami perasaan kamu selama ini”.

Lalu Bagas menghampiri tempat tidur Arina. Bagas mengusap kepala Arina. Diperhatikannya wajah Arina yang begitu cantik, walaupun sedikit pucat. Bagas membisikki tepat di telinga Arina, “Kamu harus kuat, sayang.. Adrian pasti akan kesini, menemani kamu, ia akan menjemput cinta kamu, Arina..”.

Waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB. Angin berhembus masuk kesela-sela jendela, hingga seolah membelai apapun yang ada diruangan itu. Beberapa saat kemudian, terdengar suara seseorang membuka pintu ruangan itu. Bagas pun menoleh, dan dilihatnya lelaki tinggi, berkemaja rapih berwarna biru, sepatu hitam, berambut hitam agaknya memakai Gel, berkacamata minus, dan membawa seikat bunga. Setelah Bagas memperhatikan orang itu secara saksama, ternyat pria itu adalah anak lelaki berseragam SMA yang tadi dilihatnya di laptop Arina. Yah benar. Ia adalah Adrian, lelaki yang sangat dicintai Arina.

Lelaki itu menyapa Bagas, dan menanyakan perkembangan keadaan Arina. Lalu Bagas berkata, “Terima kasih banyak, Adrian. Karena, Anda sudah datang kesini untuk menemui Arina.. Dia sangat merindukan kamu..”. Adrian pun menjawab, “Ya.. aku kesini untuknya.. Bagas, terima kasih, selama ini kamu telah setia menjaga Arina”. Adrian berbisik di dekat telinga Arina, “Perasaanku sama sepertimu.. Aku mencintaimu kamu, Arina”.

Adrian meletakkan bunga yang ia bawa di sebelah Arina. Adrian lalu menggenggam lembut tangan Arina dan mencium keningnya. Namun, entah mengapa, saat itu Adrian begitu cepat berpamitan dengan Bagas dan meninggalkan ruangan itu. Bagas pun tersenyum pada Adrian dan mengucapkan terima kasih lagi, dan pintu ruangan itu tertutup kembali. Bagas kembali melihat keadaan Arina, dan Subhanallah, Bagas melihat Arina mulai menggerakkan tangannya. Seiring dengan itu keluarga Arina, Ayah, tante, dan Dika memasukki ruang perawatan Arina. Mereka terkejut melihat Arina sudah bisa membuka mata dan menggerakkan tangannya. Arina mengucapkan sesuatu kepada Ayahnya, “Papah, Arina kangen sama mamah, pah..”. “iya sayang.. mamah juga pasti kangen sama kamu, sebentar lagi kita pulang kerumah ya, nak. Kita kumpul lagi sama tante, Dika, dan Bagas”, jawab ayahnya sambil mencium tangan Arina.

Kemudian Arina menggenggam tangan Bagas, sambil berkata, “Maaf sayang, kalau aku selama ini gak pernah terbuka untuk cerita sama kamu. Aku selalu sayang kamu, Bagas. Kamu harus jaga Papah dan Dika, ya.. Kamu harus ikhlas..”. “Aku tetap di dekat kamu sampai kapanpun. Kamu gak salah, sayang. Aku akan selalu jaga kamu, papah, Dika, dan tante.. nanti kita pulang sama-sama ya, Arina..”. Arina mencium tangan Bagas dengan lembut, dan matanya pun terpejam perlahan. Hari itu juga Arina menghembuskan nafas terakhirnya, di dekat orang-orang yang menyayanginya.

Tante mengajak Bagas keluar ruangan, untuk menenagkan Bagas yang sedah diselimuti kesedihan. Tante Tiara mengajak Bagas duduk sambil berkata, “Bagas, kamu harus ikhlas ya, nak. Jangan ditangisi. Ini sudah jalan Allah untu Arin, nak”. Tante Tiara pun bercerita pada Bagas, bahwa pada saat tadi tante Tiara berada di rumah, tante Tiara mendapatkan telepon dari Livia sahabat Arina waktu SMA, bahwa Pesawat yang di tumpangi Adrian tadi sore mengalami kecelakaan saat menuju ke Jakarta, Adrian menjadi salah satu korban tewas dalam kecelakaan tersebut. Adrian ternyata selama ini tidak menikah dengan Agni. Adrian juga berharap ingin bisa kembali lagi bersama Arina. Adrian yang telah menyelesaikan kuliahnya di Jerman, segera kembali ke Indonesia untuk menemui Arina karena ingin mengungkapkan perasaan cintanya kepada Arina yang dulu tak sempat ia ucapkan.

Betapa terkejutnya Bagas saat mendengar cerita tante Tiara. Baru saja beberapa menit yang lalu ia bertemu dengan Adrian yang hendak menjenguk Arina. Airmata Bagas dan peluhnya menetes. Dengan suara pelan Bagas berkata “Apakah yang aku lihat beberapa menit yang lalu hanyalah Bayang-bayang Adrian? Ya Allah, inikah rencanamu? Mungkinkah perkataanku kepada Arina tadi merupakan sebuah pertanda atas rencana-Mu untuk mempertemukan dan menyatukan Arina dan Adrian?.”

“Kamu harus kuat, sayang.. Adrian pasti akan kesini, menemani kamu, ia akan menjemput cinta kamu, Arina..”.